Kamis, 24 Januari 2013

JATOSS (Jalan Tol Semarang - Solo)

Jalan Tol Semarang-Solo Sebagai Bagian Proyek Jalan Tol Trans Jawa 


 







Hingga akhir tahun 2008, Indonesia memiliki 19 ruas jalan tol yang sudah beroperasi sepanjang kurang lebih 630 kilometer. Jumlah dan panjang jalan tol ini sangat minim bila dibandingkan dengan kebutuhan jaringan jalan yang tersedia. Kebutuhan jaringan jalan tersebut makin mendesak seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan yang beroperasi saat ini.
Untuk mempercepat pertumbuhan jalan tol, Pemerintah telah melakukan beberapa perbaikan terhadap peraturan dan perundangan mengenai jalan dan jalan tol guna meningkatkan iklim investasi pada industri jalan tol agar lebih kondusif.
Kendala utama pada investasi jalan tol antara lain adalah pendanaan, pembebasan lahan dan penyesuaian tarif tol. Untuk itu Pemerintah telah menyediakan dana bergulir dan land capping funds untuk mengurangi risiko investasi sehingga akan mendukung dan mempercepat proses pembangunan jalan tol. Sedangkan dalam hal tarif, penyesuaian tarif tol setiap 2 tahun yang diatur dalam UU, memberi kepastian kepada pengusaha jalan tol dalam memproyeksikan pendapatan usahanya.
Penyediaan Jalan Tol di wilayah Jawa Tengah merupakan suatu harapan serta kebutuhan masyarakat akan ketersediaan dan layanan jalan tol di Indonesia, sekaligus dapat memberikan pertumbuhan usaha jangka panjang yang berkesinambungan, yang pada akhirnya memberikan keuntungan kepada para pemangku kepentingan. Jalan Tol Ruas Semarang-Ungaran ditargetkan dapat beroperasi pada November 2011, dimana dengan pengoperasian diharapkan mampu mengurangi kepadatan lalu lintas di wilayah Semarang.
Jalan Tol Semarang-Solo merupakan salah satu bagian jalan tol Trans Jawa, Untuk wilayah Jawa Tengah Jalan Tol Trans Jawa meliputi ruas Kanci-Pejagan (± 38,10 km), ruas Penjagan-Pemalang (± 57,530 km), ruas Pemalang-Batang (± 39,20 km), ruas Batang-Semarang (± 75 km) , Ruas Semarang -Solo ( ±72,6 km ) dan ruas Solo-Mantingan (± 55 km) .


 Boxgirder dengan metode pengerjaan Balance Cantilever


JaToSS (Jalan Tol Semarang-Solo), dalam pelaksanaannya pekerjaan ini dibagi beberapa seksi. Yang pertama adalah Seksi Semarang-Bawen. Semarang-Bawen dibagi menjadi 3 paket pekerjaan, salah satunya yang menarik adalah tercatat sebagai jalan tol yang pertama di Indonesia dengan bangunan jembatan yang menggunakan Boxgirder dengan metode pengerjaan Balance Cantilever. Teknologi ini selain effisien juga estetika konstruksi lebih indah.
Bentang Boxgirder mencapai 90m’ yang dicor persegmen 5m’ dengan lebar melintang 12,5m’. Sedang traveller form yang digunakan beratnya 60 ton. Setiap segmen diselesaikan dlm waktu 5-7 hari yang dicor dari 2 arah pilar jembatan setinggi 50m’ sehingga bertemu menjadi satu kesatuan jembatan.  Yang menarik lagi adalah Zero Maintenance…! setelah selesai pekerjaan jembatan ini.


Keindahan jembatan jalan tol Semarang Solo
 

Keindahan jembatan Tol menjadi daya tarik tersendiri bagi pengguna jalan tol Semarang Solo. Karena selain jembatan yang melalui hutan wisata penggaron di Kabupaten Semarang ini Panjang dengan kelokannya yang indah tapi bila kita lihat pada sisi utaranya,kita dapat melihat keindahan pemandangan hijau hutan yang terjaga. Selain itu kita juga dapat melihat Kota Semarang dari jembatan tersebut. Walaupun hanya melintas dan tidak bisa berhenti di sepanjang jalan tol, namun pengendara dapat melaju pelan untuk menikmati pemandangan Hutan wisata Penggaron. Menurut data dari Trans Marga Jawa Tengah ( TMJ ) Jembatan tol ini merupakan jembatan Tol terpanjang yang ada di kota Semarang. Mengingat jembatan tersebut melalui jurang yang sangat dalam dan panjang. Sehingga jalan satu-satunya untuk menyambung kedua daratan dibuatlah jembatan dengan panjang ± 700 meter.

Tol Semarang-Ungaran Bermedan Berat

 

Pengerjaan jembatan setinggi 50 meter sebagai rangkaian pembangunan seksi I ruas jalan tol Semarang-Ungaran paket Gedawang-Penggaron dilakukan di Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Selasa (13/4/2010). Pengerjaan ruas jalan tol itu terkendala cuaca sehingga tanah ambles dan mengganggu proses pengerasan. Jalan tol Semarang-Ungaran akan diuji coba pada Juli dan akan beroperasi pada Agustus 2010.
SEMARANG, Proyek jalan ruas tol Semarang – Ungaran sepanjang 14 kilometer, bagian dari tol Semarang – Solo dinilai proyek tol paling berat di Indonesia. Pasalnya, pryek tol yang sudah berjalan tujuh bulan ini medannya berbukit-bukit dengan lambah curam di kedalaman lebih 50 meter.
Anggota DPRD Jateng, Sasmito, Senin (19/4) yang menyertai kunjungan lapangan Komisi Pembangunan DPRD Jateng menyatakan,. ruas tol Semarang – Ungaran terbagi tigak seksi. Seksi tol Banyumanik – Gedawang, seksi Gedawang – Penggaron dan seksi Penggaron – Beji (Ungaran). Di seksi Banyumanik – Gedawang terdapat pembangunan dua jembatan tol masing-masing ketinggiannya lebih 25 meter penghubung jalan tol yang melayang di atas perbukitan.
Ketua Komisi D DPRD Jateng, Rukma Setya Budi mengatakan, dengan medan jalur tol yang topografinya berbukit-bukit dan lembah maka pelaksana proyek diharapkan berhati-hati dalam pembagunan proyek tol senilai Rp 8 triliun ini.

Dokumentasi Proyek JATOSS
















About these ads

Lintas Berita 2013

Pembangunan 24 Ruas Tol Butuh Rp 120 Triliun  

 

 

TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan 24 ruas jalan tol sepanjang 908 kilometer membutuhkan dana Rp 120 triliun. Sekitar Rp 84 triliun dananya akan diperoleh dari perbankan.
"Baru Rp 3 triliun dana yang dicairkan karena pembebasan lahannya belum ada," kata Ketua Umum Asosiasi Jalan Tol Indonesia, Fatchur Rochman, di Menara Kadin, Kamis, 24 Mei 2012.
Untuk itu, Kamar Dagang dan  bersama ATI mendesak pemerintah agar serius mengatasi masalah lambatnya pembebasan tanah yang akan digunakan untuk pembangunan jalan tol.
"Harus diselesaikan dulu masalah pembebasan tanahnya. Jika tidak, target pembangunan 24 ruas jalan tol sampai 2014 dan investasi Rp 120 triliun tidak akan terwujud," ujarnya.

Menurut Fatchur,  pembangunan jalan tol baru mencapai 75 kilometer dari target 908 kilometer. "Sudah enam tahun berjalan. Kami menilai pemerintah sangat lamban dan harus menggambil peran sebagai pelaksana pembebasan lahan."

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Kadin bidang Infrastruktur, Kontruksi, dan Properti, Zulkarnaen Arif, yang mendesak pemerintah lebih serius dan cepat tanggap menangani masalah pembebasan lahan. Sebab, jika pemerintah lambat akan berpengaruh kepada investor.
Pembangunan 24 ruas jalan tol pada jalan tol Jabodetabek dan tol Trans Jawa, antara lain, Inner Jakarta Toll Road, JIUT, JORR 1, JORR 2, Sunter-Pulogebang, Bekasi-Cawang-Kp melayu, Jakarta- Cikampek, Jagorawi, Depok-Antasari, Pondok Aren- Serpong, Jakarta- Tanggerang, Rawabuaya-Sunter, Jakarta-Cikampek, Cikampek-Palimanan, Palimanan-Kanci, Kanci-Pejangan, Pejangan-Pemalang, pemalang-Batang, Batang-Semarang, Semarang-Solo, Solo-Manti-Ngawi, Ngawi-Kertosono, Kertosono-Mojokerto, dan Mojokerto-Surabaya.

 

 

Senin, 07 Januari 2013

Pembangunan Jalan Tol Solo Semarang, Paket VI, Lemah Ireng - Bawen

 

Tol Ungaran-Bawen Bakal Selesai Lebaran 2013  

TEMPO.CO, Boyolali - Setelah jalan tol Semarang-Ungaran selesai dikerjakan dan sudah dioperasikan, kini pengerjaan jalan tol beralih ke seksi Ungaran-Bawen. Kepala Dinas Bina Marga Jawa Tengah Danang Atmodjo kepada wartawan di Boyolali mengatakan seksi Ungaran-Bawen sudah masuk tahap konstruksi. “Diharapkan selesai dikerjakan pada 2013,” ujarnya, Sabtu, 28 April 2012.

Menurut dia, tidak ada kendala berarti dalam konstruksi jalan tol sepanjang 11 kilometer tersebut. Bahkan dia berani menargetkan sebelum Hari Raya Idul Fitri 2013, tol itu sudah selesai. “Jadi pas Lebaran sudah bisa dilewati,” katanya.

Sambil membangun jalan tol Ungaran-Bawen, tim juga bergerak untuk ruas selanjutnya dari Bawen ke Solo sejauh 50 kilometer. Danang mengatakan di Bawen hingga Solo masih terkendala pembebasan lahan. “Tapi kami terus bernegosiasi dengan pemilik lahan,” ujarnya.

Meskipun belum ada kejelasan terkait pembebasan lahan, dia berani menargetkan, pada 2014, jalan tol Semarang-Solo siap dioperasikan. Kini tim menggunakan cara konsinyasi agar pembebasan lahan tidak lagi menjadi penghambat utama.

Dengan sistem konsinyasi, pemilik lahan yang tidak sepakat dengan nilai ganti rugi yang ditawarkan, dipersilakan berurusan dengan pengadilan negeri. Di pengadilan akan diputuskan apakah uang ganti rugi tersebut sudah sesuai kewajaran atau tidak. “Apa pun keputusan pengadilan, harus diikuti. Kami tinggal menitipkan uang ganti rugi ke pengadilan,” katanya.

Selain pembebasan lahan, dia mengatakan pembangunan tol Semarang-Solo tidak ada masalah berarti. Misalnya soal kontur tanah yang berbukit-bukit, bisa diatasi dengan teknologi. “Kami bisa membuat jembatan sepanjang 900 meter dan tingginya di atas 40 meter. Kami juga bisa mengepras bukit,” ujarnya.

Soal pengerjaan, dia menghitung maksimal hanya butuh waktu 1,5 tahun. Nantinya Bawen-Solo dibagi menjadi seksi Bawen-Salatiga, Salatiga-Boyolali, dan Boyolali-Solo. “Masing-masing seksi masih dibagi lagi menjadi tiga. Lalu dikerjakan bersamaan oleh kontraktor,” katanya.

Sementara di Surakarta, sosialisasi tol Solo-Kertosono dilakukan mulai Mei. Para pemilik lahan akan dikumpulkan dan diberi tahu bahwa tanahnya terkena proyek tol dan akan diberi ganti rugi oleh pemerintah.

Kepala Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Surakarta Agustaf Sriwaryanto mengatakan ada 40 kepala keluarga pemilik lahan yang diundang. “Mereka pemilik lahan seluas 2,3 hektare yang terkena proyek tol,” ujarnya.

Lahan warga yang terkena proyek tol adalah untuk seksi Kartasura, Sukoharjo-Kebakkramat, Karanganyar, sepanjang 22 kilometer. Seksi Kartasura-Kebakkramat bagian dari tol Solo-Kertosono yang ditargetkan selesai pada 2014.